Terlintas gambaran ibu kota yang penuh dengan hiruk pikuk, macet dan banjir dimana-mana, tingkat kriminalitas tinggi, kurangnya rasa toleransi, hidup yang elo2 gue2 banget, polusi dimana-mana dan masih banyak hal lain lagi yang sangat menguatkan saya untuk tidak akan berlama-lama di kota ini. Meskipun saya bukan penghuni tetap Jakarta (pada waktu itu), hanya sesekali berlibur dirumah bu de atau sepupu, yang notabene hanya diisi dengan mengunjungi ancol, dufan, seaworld, atau jalan-jalan di mall saja. Namun dengan pasti dan tegas saya akan menjawab saya tidak akan pernah memilih ibu kota sebagai tempat tinggal.
Bahkan jauh didalam hati kecil saya, saking tidak inginnya tinggal di Jakarta , sempat berujar jika memang sudah tidak ada tempat tinggal lagi di Negara ini maka dengan sangat terpaksa saya baru akan tinggal. And what? Seakan kata-kata itu menjadi karma bagi saya, ini jadi pembelajaran, jangan pernah membenci tinggal di suatu kota karena suatu saat kamu pasti bakal tinggal di kota tersebut (ini bukan pengalaman saya pribadi tetapi juga pengalaman salah satu teman kerja saya yang suaminya juga bekerja di Jakarta ). Firman Allah memang benar adanya : “Janganlah kamu membenci sesuatu, padahal boleh jadi itulah yang terbaik bagimu, demikian pula sebaliknya”. Sambil membesarkan hati.
Meskipun segala sesuatu yang kita butuhkan ada disini, dan akses kemana-mana jauh lebih gampang, tetapi dari apa yang saya lihat selama ini, saya cukup stress dibuatnya. Bagi saya, Jakarta hanya tempat untuk mencari nafkah bukan untuk tempat tinggal. Saya dan suami sendiri memutuskan untuk tidak pernah memilih kota ini sebagai tempat tinggal yang lama, pilihan kami jatuh pada Cimahi, kota kecil di Bandung yang sudah mulai ramai belakangan, selain dekat dengan mertua, kota kecil ini juga sudah mulai maju dan terasa nyaman (I think I’ve fallen in love).
Kembali bicara soal Jakarta , setelah 2 minggu merasakan tinggal di Kost, yang hanya saya lakukan adalah menonton dvd di kamar. Memang hal ini sangat membosankan, bayangkan dalam 5 hari kerja saya hanya berdiam di kamar, melakukan aktivitas rumah tangga rutin & menonton. Mau keluar tidak begitu tahu jalan, belum lagi perasaan dan pikiran saya yang merasa was-was di jalan, merasa tidak nyaman berada di kota ini. Kalau mau mengunjungi mall juga menunggu suami pulang kerja dulu, untungnya akses kost-an dekat kemana-mana, jadi tidak memakan waktu yang lama & kemacetan yang bisa bikin stress. Mau ke setiabudi one Cuma 15 menit berjalan kaki, ke ambassador cukup 1x naek angkot atau ke plaza semanggi dengan taksi Cuma 15ribu saja sekali jalan.
Berharap bisa betah & sedikit akrab dengan ibu kota , amin.
2 comments:
saya lebih untuk menepi dan menetap di ibukota provinsi saja, Mataram Lombok.. :)
salam kenal...kalo boleh memilih tetap ingin di palembang saja :)
Post a Comment