Nomaden (Palembang – Jakarta – Cimahi)
Awal yang berat bagi saya untuk hidup nomaden setelah menikah. Bagaimana tidak, karena saya masih harus bekerja di Palembang hingga akhir Agustus sebelum benar-benar hijrah ke ibu kota . Selama +/- 3 bulan ini saya harus bolak balik Palembang – Jakarta – Cimahi. Dua minggu di setiap bulannya saya bekerja di Palembang (tepatnya +/- 5 jam perjalanan dari rumah di Palembang ). Waktu off kerja selama 2 minggu, mulai dari hari senin – jumat, saya ikut menemani suami di Jakarta (melakukan tugas dan kewajiban saya sebagai istri), sedangkan weekend di hari sabtu dan minggu dihabiskan bersama keluarga suami di Cimahi.
Tidak hanya fisik yang capek, tetapi juga pengeluaran yang ikut bertambah, mulai dari beli tiket pesawat setiap bulannya sampai tiket travel di setiap weekend. Dengan kehidupan nomaden ini, mau tidak mau agar tidak repot, semua kebutuhan saya mulai dari pakaian, sepatu / sandal, tas, dan peralatan lainnya dipisahkan dalam 3 tempat, sebagian ditinggal di Palembang, sebagian di Jakarta dan sebagian lagi di Cimahi. Tujuannya setiap kali ke kota-kota ini sudah tidak perlu repot membawa perlengkapan ini / itu lagi (dan ini sebenarnya merupakan pemborosan bagi saya, maklum setelah jadi ibu muda sekarang prinsip ekonominya semakin diperketat, namun beda halnya dengan suami yang tidak mau repot & lebih menawarkan untuk membeli barang baru saja).
Alhamdulillah suami masih memberikan kesempatan untuk bekerja di Palembang sampai bulan Agustus. Keuntungannya, saya masih bisa bertemu dengan keluarga di Palembang, hasil kesepakatan pembicaraan dengan suami, saya diberikan izin untuk menginap di rumah selama 3-4 hari, jadwalnya tidak ditentukan, bisa sebelum masuk kerja atau sepulang kerja dari lapangan. Senangnya saya masih bisa mencicipi masakan mama, ngempeng sama emak, bisa jalan-jalan dengan nia dan kumpul bersama keluarga lainnya. Kesempatan seperti ini akan sangat langka setelah saya benar-benar pindah sepenuhnya ke ibu kota , yang pasti pulang hanya pas lebaran dan setiap ada acara keluarga, selebihnya harus dapet izin dari suami dulu dan tentunya duit buat beli tiket pesawat pp juga menjadi pertimbangan, hehehe.
That’s life, tidak ada seorang pun mengetahui rahasia dibaliknya. Tidak pernah menyangka mendapatkan jodoh yang berasal dari pulau seberang, berpisah jauh dengan keluarga tercinta, hingga tinggal di ibu kota yang sama sekali tidak pernah diharapkan.
Namun saya yakin bahwa tuhan telah mengatur segala sesuatunya karena ia jauh lebih tau bahwa ini adalah yang terbaik bagi saya dan suami.
0 comments:
Post a Comment